Keris merupakan salah satu nama dari sekian banyak nama dan definisi dari jenis senjata pertahanan diri, yang terciptakan melalui suatu proses untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Manusia yang memiliki insting membunuh meciptakan beragam jenis senjata. Senjata – senjata tersebut mempunyai arti alat bantu untuk tercapainya satu kebutuhan dasar manusia, yaitu terhindarnya rasa lapar di perut.
Manusia yang hidup dan belajar dari alam, mengolah dan mengembangkan pemikirannya. Mereka meciptakan alat – alat untuk berburu dengan bahan – bahan yang telah tersediakan oleh alam.
Berawal dari batu, kayu, hingga mengenal peradaban perunggu, sampai pada material besi dan baja. Alat – alat yang awalnya hanya untuk berburu, berkembang menjadi alat untuk mendapatkan kemenangan dari individu lainya.
Kemenangan dan penguasan terhadap individu lainya juga merupakan manifestasi dari perwujudan kebutuhan dasar manusia, yaitu makan dan kebutuhan biologis (menurut pakar psikoanalisa, Sigmund Freud). Dimungkinkan pada era itu manusia berfikir bahwa dengan menguasai individu lain, ia akan lebih mudah untuk mecukupi kebutuhan pemenuhan rasa lapar dan penyaluran libido birahinya.
Maka dengan itu manusia terus mengolah peradabannya. Alat – alat yang mereka gunakan, atau yang kemudian berkembang nama dan fungsinya menjadi senjata terus mereka upayakan untuk menjadi alat beladiri yang sempurna.
Di Pulau Jawa sendiri jenis sejata – senjata tersebut berkembang, ada yang berupa berang, bendho, arit, kudi, cenggereng, golok, pangot, wedhung, pedang, tombak, hingga keris. Untuk pedang sendiri dapat digolongkan menjadi banyak nama sesuai dengan bentuknya, ada sabet, suduk maru lameng dan lain – lain.
Senjata di Pulau Jawa memiliki keunikan pada teknologi pembuatannya. Senjata – senjata tersebut dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan – bahan besi masih komposit dengan materi – materi alam lainnya.
Perkembangannya teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga) yang lebih sempurna, seirin perjalanan waktu. Salah satu Tosan Aji yang akan kita bicarakan adalah yang berupa keris. Karena keris saya rasa dari segi pembuatanya memili keunikan yang mampu mewakili tosan aji lainya.
Keris terdiri dari tiga unsur bahan pembuatnya. Baja, besi dan pamor. Pada perkembangan berikutnya keris bukan hanya sekedar senjata, tapi menjadi piandel (suatu alat untuk meningkatkan kepercayaan diri) juga menjadi simbol untuk mewakili status sosial pemakainya. Bahkan keris layak untuk menjadi pengganti si pemilik dalam berbagai situasi. Semisal pernikahan ataupun duta negara.
Keris dan Psikologi
Empu-empu kita ternyata juga ahli psikoanalisa. Entah ini cuma suatu kebetulan, atau para empu kita dulu dalam berkarya memang telah memikirkan jauh, akan muatan-muatan kejiwaan di dalam karyanya.
Psikoanalisa keris yang memiliki teori, bahwa kejiwaan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu id, ego dan super ego. Id yang berada di alam bawah sadar manusia, memberikan dorongan – dorongan nafsu liar. Nafsu primitif tersebut sangat explosif, selalu minta untuk tersalurkan, yang paling menonjol adalah libido seksual.
Ego sendiri merupakan sisi kejiwaan yang mampu mengerem laju nafsu liar tersebut. ego menjembatani antara id dan super ego. Super ego adalah sisi kejiwaan individu yang mana di dalamnya terkandung unsur-unsur moralitas. Unsur-unsur tersebut seperti halnya sopan santun, agama, aktualisai diri dan semu hal yang mengandung kebaikan secara sosial ataupun transendental.
Bahan keris yang terdiri baja, besi dan pamor dapat dibaca atau diterjemahkan seperti halnya id, ego dan super ego. Baja yang memiliki karakter keras, tajam, mudah patah dan terletak paling dalam pada bilah keris mewakili sifat-sifat yang terkandung dalam id, yang terletak di alam bawah sadar manusia. bahaya dan sangat mencelakakan akan ditimbulkan oleh id maupun baja.
Pada keris besi terletak di lapisan luar baja, besi memiliki kelenturan berfungsi sebagai tempat menempelnya baja dan pamor, dapat di artikan sebagai ego. Pamor yang bersifat lebih tahan dari karat, menancap pada lapisan besi, nampak di permukaan bilah memperindah tampilan sebuah keris. Sehingga pamor dapat di baca sebagai perwujudan super ego manusia.
0 komentar:
Posting Komentar